Yang saya ingat tentang teman karib saya ini bahwa saya dulu sebel banget sama dia. Anaknya sombong, suka pamer kalau selangkah lebih maju dibanding saya. Saya masi ingat dulu lagi ada tren sepatu sekolah anak cewe hak tinggi, mirip sepatu boot, dan dia punya duluan. Pagi-pagi di sekolah dengan bangganya dia pamerkan ke saya dan saya kesal setengah mampus. Saya iri karena kalah cepat. Tapi ya namanya anak kecil, biar sebel sampe ubun-ubun tetep aja main bareng. Bukan karena rumahnya dekat dengan rumah saya. Rumah dekat pun saya tetap dipingit sama mama. Saya dilarang sering-sering pergi keluar main, sekalinya diizinkan pun hanya boleh 1 jam.
Tapi tidak hanya kesebelan saya aja yang saya ingat dari sahabat saya ini sewaktu kecil. Walau dia
Singkat cerita, kami berteman hingga dewasa. Walau sempat hilang kontak selama beberapa tahun namun kami akhirnya berhasil bertemu kembali. Orang bilang itu jodoh namanya. Dan disuatu sore dia mengirimkan pesan singkat ke ponsel saya. Awalnya dia cuma bertanya, sepulang ngantor nanti saya ada rencana kemana. Lalu pembicaraan berlanjut hingga sebuah ajakan terlontar.
"Nongkrong, yuk. Bosen, nih tiap malem ngobrol sama tembok.."
Jadilah kami meet-up dan pilihan jatuh ke sebuah tempat nongkrong bernama Open Door yang berlokasi di Apartemen Royal Mediterania Garden, dekat dengan mall Central Park. Sebenarnya saya ga suka nge-beer tapi karena tadi di chat teman saya ini bilang kepingin minum-minum cantik, ya saya definisikan itu sebagai ajakan minum alkohol kadar kecil. Haha..
Setelah bolak-balik baca menu dan bertanya-tanya kepada waiters yang bertugas, kami akhirnya memutuskan memesan bir Heineken. Saya pernah menonton film dengan judul yang serupa dengan merk bir ini dan rupanya itu merupakan kisah nyata si founder. Nanti kalau ada waktu saya review filmnya disini. :p
Kami mengobrol selama kurang lebih sejam. Mulai dari ngobrol ngalor ngidul sampai gosipin orang tapi satu botol bir ini, kok rasanya ga habis-habis. Sedangkan kalau lihat orang lain minum bisa sampai 1 bucket. Oh, iya! Kami sempat berfoto selfie, dong. Ga boleh sampai lupa itu.
Baru minum sebotol saya udah agak pusing plus lapar. Tadi sebelum memesan bir saya sempat lihat ada satu nama menu yang menarik hati saya untuk nyicip. Pas kebetulan tipsy ini bikin laper, jadi saya putuskan untuk pesan satu porsi.
Mushroom Cream Soup. Sejujurnya saya sempat kecele. Yang ada dibayangan saya adalah semangkuk sup creamy berwarna putih seperti yang ada di KFC gitu, lho. Makanya saya sempat kaget begitu yang datang bentuknya warna kecoklatan. Kalo kata pacar saya, "Lha sup krim jamur emang begitu warnanya, kalau sup krim ayam baru putih." Malu, deh ketauan norak baru tahu. Hahaha.
Rasanya biasa saja, tidak ada yang istimewa bahkan saya harus menambahkan lagi sedikit garam supaya lebih ada rasa. Teksturnya kental tapi pas. Saya kasi ponten 5 untuk sup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar